1.
Pengertian
Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Penelitian dan
pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara
penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan
antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian
terapan yang bersifat praktis.
Penelitian
dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud
dengan produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku,
modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga
perangkat lunak (software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran
di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan,
pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dll.
Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan
sebagai berikut: Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang
terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang
akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang
pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya
untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian.
Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai
bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku
didefinisikan.
2.
Tujuan
Penelitian dan Pengembangan
Menurut Gay,
Mills dan Airasian dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan
pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-sekolah. Produk-produk
yang dihasilkan oleh penelitian dan pengembangna mencakup: materi pelatihan
guru, materi ajar, seperangkat tujuan perilaku, materi media, dan sistem-sistem
manajemen.
Ø Pada
bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan
keputusan sepanjang pengembangan dari suatu produk menjadi berkembang dan
kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi
kedepan. Van akker dan Plop (1993) yang mendefenisikan penelitian pengembangan
dengan 2 tujuan :
a. Mendukung
pengembangan prototypical produk (termasuk menyediakan bukti empiris untuk
efektifitas produk)
b. Pembangkit
metodologinya mengarah pada rancangan dan evaluasi produk
Ø Pada
bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk meningkatkan proses rancangan
instruksional, pengemabangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi
pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang
digeneralisasi.
Ø Pada
bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam
perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran
keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran dan, secara serempak mengusahakan
untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah
Ø Pada
bagian pendidikan guru dan Didaktis
Tujuan yang utama pada umumnya untuk memberikan
kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu
pengaturan spesifik bidang pendidikan (Elliot, 1991 : Hollingsworth, 1997)
3.
Langkah-Langkah
Penelitian dan Pengembangan
a. Potensi
dan Masalah
Penelitian
dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu
yang bila didayagunakan akan memilikii nilai tambah. Sebagai contoh, di pantai
selatan Pulau Jawa, terdapat potensi angin dan sinar matahari, kedua potensi
tersebut dapat dikembangkan menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk
menggerakkan sesuatu, misalnya untuk generator pembangkit tenaga listrik, atau
untuk turbin air.
Masalah, seperti telah dikemukakan adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Penganguran korupsi, dapat dipandang sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian dan Pengembangan.
Masalah, seperti telah dikemukakan adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Penganguran korupsi, dapat dipandang sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian dan Pengembangan.
b. Mengumpulkan
Informasi
Setelah
potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah
tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan
yang digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian yang
ingin dicapai.
c. Desain
Produk
Produk
yang dihasilkan dalam penelitian Research & Development bermacam-macam.
Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat enerji, menarik,
harga murah, bobot ringan, ergonomic, dan bermanfaat ganda. (contoh komputer
yang canggih bisa berfungsi untuk pengetikan; gambar, analisis berfungsi
sebagai TV, Tape, kamera , Telepon d1l).
Dalam
bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang
jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk
pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan
tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi
tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang
kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi model manajemen, sistem
pembinaan pegawai, system penggajian dan lain-lain. Misalnya peneliti akan
menghasilkan metode mengajar baru maka peneliti harus membuat rancangan metode
menagajar baru.
d. Validasi
Desain
Validasi
desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam
hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama
atau tidak rasional, karena validasi di sini masih bersifat penilaian
berdasakan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya
e. Perbaikan
Desain
Setelah
desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan para ahli
lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya
dicoba untuk dikurangi dengan memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki
desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.
f. Uji
Coba Produk
Seperti
telah dikemukakan, kalau dalam bidang teknik, desain produk yang telah dibuat
tidak bisa langsung diuji coba dulu tetapi harus dibuat terlebih dulu menjadi
barang, dan barang tersebut yang diujicoba. Misalnya desain mesin pengolah
sampah, setelah divalidasi dan direvisi, maka selanjutnya mesin tersebut dapat
dibuat dalam bentuk prototipe. Prototipe inilah yang diuji coba. Dalam bidang
pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji
coba, setelah divalidasi dan direvisi.
g. Revisi
Produk
Pengujian
efektivitas metode mengajar baru pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan
bahwa metode mengajar baru ternyata, lebih efektif dari metode lama. Perbedaan sangat
signifikan, sehingga metode mengajar baru dapat diberlakukan pada kelas yang
lebih luas dimana sampel tersebut diambil.
h. Ujicoba
Pemakaian
Setelah
pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu
penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut
diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam operasinya, metode
baru tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna
untuk perbaikan lebih lanjut.
i.
Revisi Produk Lanjut
Revisi
produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang
lebih luas terdapat kekurangan atau kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya
pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalamhal ini
metodemengajar.
j.
Pembuatan Produk Masal
Bila produk yang
berupa metode mengajar baru tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga
pendidikan. Pada produk teknologi telah dapat dibuat produk masal.
Adapun langkah-langkah
utama yang dari R & D siklus dikemukakan oleh Borg dan Hall (1989:775)
sebagai berikut :
a. Penelitian dan Pengumpulan Data
Pada tahap ini, paling tidak ada
2 hal yang harus dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada studi
literatur, digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan
teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi literatur dikaji pula
ruang lingkup suatu produk, keluasaan penggunaan, kondisi pendukung, dll.
Melalui studi literatur diketahui pula langkah-langkah yang paling tepat untuk
mengembangkan produk. Studi literatur juga akan meberikan gambaran hasil-hasil
penelitian terdahulu yang bisa sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan
suatu produk tertentu. Selain studi literatur, perlu juga dilakukan studi
lapangan atau dengan kata lain disebut sebagai pengukuran kebutuhan dan
penelitian dalam skala kecil (Sukmadinata: 2005). Dalam mengembangkan suatu
produk, sebaiknya didasarkan atas pengukuran kebutuhan (need assessment).
b. Perencanaan
Berdasarkan studi pendahuluan
yang telah dilakukan, maka dibuat perencanaan / rancangan produk yang antara
lain mencakup : a) tujuan dari penggunaan produk; b) siapa pengguna dari produk
tersebut; c) deskripsi dari komponen-komponen produk dan penggunaannya.
c. Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal
merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat.Meskipun demikian, draft
produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau
produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta bantuan para
ahli dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di
belakang meja/ desk try out atau desk evaluation).Pada tahap ini sering juga
disebut dengan tahap validasi ahli. Uji coba atau evaluasi oleh ahli bersifat
perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para
peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan secara mikro,
kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau
digeneralisasi.
d. Uji coba produk awal / Uji Coba
Terbatas
Setelah uji coba diatas meja,
maka dilakukan uji coba lapangan di sekolah ataupun di laboratorium. Menurut
Borg and Hall (1989), uji coba lapangan produk awal disarankan dilakukan pada 1
sampai 3 sekolah dengan jumlah responden antara 10 sampai 30 orang. Selama
pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara
intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan
dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut.
e. Penyempurnaan Produk Awal
Penyempurnaan produk awal akan
dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap
penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses,
sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
f. Uji Coba Lapangan Lebih Luas
Meskipun sudah diperoleh produk
yang lebih sempurna, tetapi uji coba dan penyempurnaan produk masih perlu
dilakukan sekali lagi. Hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan memenuhi
standar tertentu. Oleh karena itu target populasinyapun harus disesuaikan. Uji
coba dan penyempurnaan pada tahap produk awal masih difokuskan kepada
pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan
dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba dan
penyempurnaan produk yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba dan
penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih besar. Borg dan Gall
(1989), menyarankan dalam tahap ini digunakan sampel sekolah 5 sampai dengan 15
sekolah, dengan sampel subjek antara 30 sampai 100 orang (Ini bersifat relatif,
tergantung jumlah-kategori-dan karakteristik populasi). Langkah-langkah uji
coba produk yang telah disempurnakan sama persis dengan uji coba produk awal,
hanya jumlah sampelnya saja yang berbeda.
g. Penyempurnaan Produk Hasil Uji
Lapangan Lebih Luas
Penyempurnaan produk dari hasil
uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan,
karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya
kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain
perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada
evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif.
h. Uji Coba Produk Akhir
Pengujian produk akhir,
dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan memiliki
keunggulan dalam tataran praktek. Dalam pengujian ini tujuannya bukan lagi
menyempurnakan produk, karena produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk
akhir, dapat dilakukan pada sekolah yang sama dengan pada tahap ujicoba kedua
ataupun berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk akhir,
sebaiknya digunakan kelompok kontrol. Pengujian dilaksanakan dalam bentuk
desain eksperimen. Model desain yang digunakan adalah “The randomized
pretest-postest control group design” atau minimal “the matching only
pretests-posttest Control Group Design”. Desain pertama merupakan desain
eksperimen murni, karena kedua kelompok eksperimen dirandom atau disamakan.
Desain kedua termasuk eksperimen kuasi, sebab kedua kelompok eksperimen hanya
dipasangkan.
i.
Revisi
atau Penyempurnaan Produk Akhir
Penyempurnaan produk akhir
dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini
sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai
“generalisasi” yang dapat diandalkan.
j.
Diseminasi
dan Implementasi
Setelah dihasilkan suatu produk
final yang sudah teruji keampuhannya, langkah selanjutnya adalah desiminasi,
implementasi, dan institusionalisasi. Desiminasi dari suatu produk, yang
dikembangkan akan membutuhkan sosialisasi yang cukup panjang dan lama. Biasanya
prses desiminasi dan implementasi akan bergadapan dengan berbagai masalah
kebijakan, legalitas, pendanaan, dll.
4. Model-Model
penelitian dan Pengembangan
Berikut
akan diuraikan model-model pengembangan dari berbagai ahli sebagai berikut:
a.
Model Pengembangan Perangkat menurut
Kemp
Menurut
Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan suatu
lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung
dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun
sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi
kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun.
Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan
berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari
tujuan.
Model pengembangan sistem
pembelajaran ini memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Terdapat sepuluh
unsur rencana perancangan pembelajaran. Kesepuluh unsur tersebut adalah:
1)
Identifikasi masalah pembelajaran,
tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum
yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model,
pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.
2)
Analisis Siswa, analisis ini
dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik siswa yang
meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik individu maupun kelompok.
3)
Analisis Tugas, analisis ini adalah
kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep,
analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan
pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP)
dan lembar kegiatan siswa (LKS)
4)
Merumuskan Indikator, Analisis
ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b)
kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c)
panduan siswa dalam belajar.
5)
Penyusunan Instrumen Evaluasi,
Bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria penilaian yang
digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur
ketuntasan pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan.
6)
Strategi Pembelajaran, Pada
tahap ini pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan.
Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format,
yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
7)
Pemilihan media atau sumber
belajar, Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan
sumber pembelajaran atau media yang dipilih, jika sumber-sumber pembelajaran
dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan
pembelajaran.
8)
Merinci pelayanan penunjang yang
diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan dan melaksanakan semua kegiatan
dan untuk memperoleh atau membuat bahan.
9)
Menyiapkan evaluasi hasil belajar
dan hasil program.
10) Melakukan
kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran
selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi
dan memperbaiki rancangan yang dibuat.
b.
Model Pengembangan Pembelajaran
Menurut Dick & Carey
Perancangan pengajaran menurut
sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick
& Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada
kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen
melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan
dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Dari model di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
1)
Identifikasi Tujuan (Identity
Instruyctional Goals). Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang
diinginkan agar siswan dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program
pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu
atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need
assesment., atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar siswa
di dalam kelas.
2)
Melakukan Analisis Instruksional
(Conducting a goal Analysis). Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang
dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang
harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang
keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara
keterampilan konsep tersebut.
3)
Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/
Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours, Characteristic) Ketika
melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan
apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting
juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran
4)
Merumuskan Tujuan Kinerja (Write
Performance Objectives) Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan
tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus
tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
5)
Pengembangan Tes Acuan Patokan
(developing criterian-referenced test items). Pengembangan Tes Acuan Patokan
didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengebangan butir assesmen untuk
mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan
6)
Pengembangan strategi Pengajaran
(develop instructional strategy). Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka
selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian
informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.
7)
Pengembangan atau Memilih Pengajaran
(develop and select instructional materials). Tahap ini akan digunakan strategi
pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa,
bahan pelajaran, tes dan panduan guru.
8)
Merancang dan Melaksanakan Evaluasi
Formatif (design and conduct formative evaluation). Evaluasi dilakukan untuk
mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana
meningkatkan pengajaran.
9)
Menulis Perangkat (design and
conduct summative evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar
untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi
dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas.
10) Revisi
Pengajaran (instructional revitions). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan
perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator.
c.
Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan 4-D (Four D)
merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan
oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan
4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Design
(Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran), atau
diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan,
Secara garis besar keempat tahap
tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 – 68).
1)
Tahap Pendefinisian (define). Tujuan
tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di
awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) Analisis ujung
depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d) Analisis konsep, dan (e)
Perumusan tujuan pembelajaran.
2)
Tahap Perencanaan (Design ). Tujuan
tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri
dari empat langkah yaitu, (a) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah
awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun
berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam
kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan media
yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format.
Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji
format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara
yang lebih maju.
3)
Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan
tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh
para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan
mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa
yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.
Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan
kelas sesungguhnya.
4)
Tahap penyebaran (Disseminate). Pada
tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada
skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang
lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di
dalam KBM.
d.
Model PPSI (Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional)
Secara
garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus pengembangan
yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengembangan alat evaluasi, (3)
kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5) pelaksanaan
pengembangan. Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi dasar bagi
penentuan alat evaluasi pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar. Rumusan
kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar pengembangan program kegiatan, yang
selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan tentunya
dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi
pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat
evaluasi.
5. Kelebihan dan Kelemahan
Pendekatan Research and Development
Kelemahan:
a.
Pendekatan
R & D mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi
tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di
lapangan dan divalidasi oleh ahli.
b.
Pendekatan
R & D akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti /
memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan
ditemukan produk-produk / model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan
kekinian
c.
Pendekatan
R & D merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan
penelitian yang bersifat praktis
d.
Metode
penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif , mulai dari metode
deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.
Kelemahan :
a.
Pada
prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif panjang; karena
prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.
b.
Pendekatan
R & D dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R
& D tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya
penelitian R & D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.
LITERATUR
Emzir.
2011. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2 komentar:
kakfira...
Trimksih,sgt mmbntu
Posting Komentar